Friday, August 23, 2013

Marketing MIX


Dalam manajemen marketing kita mengenal adanya marketing mix (bauran pemasaran). Usaha manajemen suatu organisasi marketing untuk mencapai pasar saran dilakukan dengan cara mengkombinasikan dan memobilisasikan sumber-sumber interen dan eksteren dengan menyesuaikan pada kendala unsur lingkungan dalam merumuskan suatu kegiatan marketing. Perpaduan variabel-variabel yang dimobilisasi untuk memenuhi kebutuhan suatu golongan konsumen disebut adonan/bauran pemasaran (marketing mix)
Singkatnya, marketing mix adalah suatu kesatuan alat-alat (tools) marketing yang digunakan oleh perusahaan/organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan marketingnya pada pasar sasaran (target market) tertentu (Kotler, 1997, hal.92).
Dasar konsep marketing adalah marketing strategis, yang merupakan kombinasi dari variabel-variabel yang dapat dikontrol oleh organisasi/ perusahaan.  Marketing mix adalah perpaduan dari variabel-variabel interen yang dapat dikontrol, dimobilisasi untuk mencapai pasar sasaran (segmen) tertentu.
Unsur-unsur yang terdapat dalam Marketing Mix menurut Smith (1993) dan Kotler (1997), adalah: 
Product (Produk/Jasa), meliputi unsur-unsur jenis-jenis produk, kualitas, desain, features (fasilitas dan kegunaannya), brand-name, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, dan penggantian jika terjadi kerusakan;
   Price (Harga), meliputi unsur-unsur daftar harga, potongan, bonus, jangka waktu pembayaran, aturan kredit.  Harga biasanya digunakan oleh konsumen/pelanggan sebagai indikator kualitas.  Artinya kalau harganya mahal seharusnya kualitasnya baik, dan sebaliknya, kalau harganya murah, maka produk/jasa yang dibeli biasanya kualitasnya tidak baik;
Promotion/Communication (Promosi/Komunikasi), didalamnya termasuk promosi penjualan, periklanan, tenaga penjualan, hubungan masyarakat (public relation), direct marketing, pembentukan Customer Data base, Dialog, dan Provision of Customer Service;
Place (Tempat) meliputi unsur-unsur saluran distribusi, cakupan (coverage), lokasi, pergudangan, transportasi;
People (Pimpinan dan Staf, Pelanggan, Pesaing): Personal Characteristic of the marketing manager and staff;
Political Power (kekuatan politik), seperti suara/pendapat/pernyataan para elit politik dalam upaya menggalang kekuatan atau dalam menanggapi suatu masalah dapat mempengaruhi antara lain: opini massa, kondisi/sentimen pasar (melonjaknya harga-harga, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, merosotnya harga saham, menurunnya minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, kecemasan dunia usaha), Keamanan, Rasa Aman, Kepastian Usaha, dan Stabilisasi.  Sebagai contoh kasus-kasus: Debat Terbuka atau ketegangan antara Gus Dur (Presiden RI) dengan Menko Polkam Jenderal Wiranto dan Jendral (Purn) Feisal Tanjung serta para jenderal TNI lainnya; Gerakan Mahasiswa Militan di Propinsi Riau yang berdampak pada proses produksi PT. Caltex Pacific Indonesia); dan
Public Opinion: sifatnya situasional, kontekstual, dan cepat berubah, sebagai contoh kasus-kasus: Pabrik Pulp di Porsea, Sumatera Utara; Penganiayaan aktivis lingkungan di PT. Tanjung Lingga, Kalteng; Ganti-rugi tanah di Pulau Bintan; Kasus perkosaan oleh supir taxi di DKI Jakarta.  Terkadang public opinion kurang memperhatikan aspek social cost, seperti: kalau suatu perusahaan ditutup karena mencemari lingkungan atau sebab lainnya, lalu bagaimana dampaknya terhadap pekerja yang di PHK (penghasilan, tunjangan, penyaluran), yang dapat mengakibatkan timbulnya kerawanan sosial (misalnya masalah: pengangguran, kejahatan, penurunan gizi anak/ kesehatan).

Pada praktik sehari-hari political power dan public opinion saling mempengaruhi satu sama lain atau sulit dipisahkan.

                          Untuk menghasilkan suatu strategi marketing yang baik semua unsur-unsur marketing mix ini harus diperhatikan dan dikembangkan secara seimbang.  Konsep-konsep dan teori-teori, yang dapat berbentuk general statement (asumsi yang berlaku umum) atau postulat, yang terdapat dalam text-book asing atau pemikiran para ahli dari luar Indonesia yang berkaitan dengan konsep dan teori manajemen marketing mix perlu disesuaikan dengan asumsi-asumsi yang berlaku khusus di Indonesia.  Penyesuaian ini dapat dilakukan dengan menggunakan situasional atau contingency approach, misalnya memperhatikan antara lain hal-hal berikut: 1) Situasi pasar, seperti : unfair-competition (monopoli); 2) Praktik bisnis, seperti Unfair business practices (meniru, berbohong atau melebih-lebihkan dalam usaha promosi) yang dapat menimbulkan gap (kesenjangan) antara expected value (harapan) dan perceived value (prestasi yang sesungguhnya) dari produk/jasa yang ditawarkan; dan 3) Communication Channels yang berkembang.

No comments:

Post a Comment