Dalam manajemen marketing kita
mengenal adanya marketing mix (bauran pemasaran). Usaha manajemen suatu
organisasi marketing untuk mencapai pasar saran dilakukan dengan cara
mengkombinasikan dan memobilisasikan sumber-sumber interen dan eksteren
dengan menyesuaikan pada kendala unsur lingkungan dalam merumuskan suatu
kegiatan marketing. Perpaduan variabel-variabel yang dimobilisasi untuk
memenuhi kebutuhan suatu golongan konsumen disebut adonan/bauran pemasaran (marketing
mix)
Singkatnya, marketing mix adalah
suatu kesatuan alat-alat (tools)
marketing yang digunakan oleh perusahaan/organisasi untuk mencapai
tujuan-tujuan marketingnya pada pasar sasaran (target market) tertentu
(Kotler, 1997, hal.92).
Dasar konsep marketing adalah marketing strategis, yang merupakan kombinasi dari variabel-variabel yang dapat dikontrol oleh organisasi/ perusahaan. Marketing mix adalah perpaduan dari variabel-variabel interen yang dapat dikontrol, dimobilisasi untuk mencapai pasar sasaran (segmen) tertentu.
Unsur-unsur yang terdapat dalam
Marketing Mix menurut Smith (1993) dan Kotler (1997), adalah:
|
|
�
|
Product (Produk/Jasa), meliputi
unsur-unsur jenis-jenis produk, kualitas, desain, features (fasilitas dan
kegunaannya), brand-name, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, dan
penggantian jika terjadi kerusakan;
|
�
|
Price (Harga), meliputi unsur-unsur daftar harga, potongan,
bonus, jangka waktu pembayaran, aturan kredit. Harga biasanya digunakan oleh
konsumen/pelanggan sebagai indikator kualitas. Artinya kalau harganya mahal seharusnya
kualitasnya baik, dan sebaliknya, kalau harganya murah, maka produk/jasa yang
dibeli biasanya kualitasnya tidak baik;
|
�
|
Promotion/Communication (Promosi/Komunikasi), didalamnya
termasuk promosi penjualan, periklanan, tenaga penjualan, hubungan masyarakat
(public relation), direct marketing, pembentukan Customer Data base, Dialog,
dan Provision of Customer Service;
|
�
|
Place (Tempat) meliputi unsur-unsur
saluran distribusi, cakupan (coverage), lokasi, pergudangan, transportasi;
|
�
|
People (Pimpinan dan Staf, Pelanggan,
Pesaing): Personal Characteristic of the marketing manager and staff;
|
�
|
Political
Power (kekuatan
politik), seperti suara/pendapat/pernyataan para elit politik dalam upaya
menggalang kekuatan atau dalam menanggapi suatu masalah dapat mempengaruhi
antara lain: opini massa, kondisi/sentimen pasar (melonjaknya harga-harga,
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, merosotnya harga
saham, menurunnya minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,
kecemasan dunia usaha), Keamanan, Rasa Aman, Kepastian Usaha, dan
Stabilisasi. Sebagai contoh
kasus-kasus: Debat Terbuka atau ketegangan antara Gus Dur (Presiden RI)
dengan Menko Polkam Jenderal Wiranto dan Jendral (Purn) Feisal Tanjung serta
para jenderal TNI lainnya; Gerakan Mahasiswa Militan di Propinsi Riau yang
berdampak pada proses produksi PT. Caltex Pacific Indonesia); dan
|
�
|
Public
Opinion: sifatnya
situasional, kontekstual, dan cepat berubah, sebagai contoh kasus-kasus:
Pabrik Pulp di Porsea, Sumatera Utara; Penganiayaan aktivis lingkungan di PT.
Tanjung Lingga, Kalteng; Ganti-rugi tanah di Pulau Bintan; Kasus perkosaan
oleh supir taxi di DKI Jakarta.
Terkadang public opinion kurang memperhatikan aspek social cost, seperti: kalau suatu
perusahaan ditutup karena mencemari lingkungan atau sebab lainnya, lalu
bagaimana dampaknya terhadap pekerja yang di PHK (penghasilan, tunjangan,
penyaluran), yang dapat mengakibatkan timbulnya kerawanan sosial (misalnya
masalah: pengangguran, kejahatan, penurunan gizi anak/ kesehatan).
|
Pada praktik sehari-hari political power dan public opinion saling mempengaruhi satu sama lain atau sulit
dipisahkan.
Untuk menghasilkan suatu strategi marketing
yang baik semua unsur-unsur marketing mix ini harus diperhatikan dan
dikembangkan secara seimbang.
Konsep-konsep dan teori-teori, yang dapat berbentuk general statement (asumsi yang berlaku umum) atau postulat, yang terdapat dalam text-book asing atau pemikiran para ahli
dari luar Indonesia yang berkaitan dengan konsep dan teori manajemen marketing
mix perlu disesuaikan dengan asumsi-asumsi yang berlaku khusus di
Indonesia. Penyesuaian ini dapat dilakukan
dengan menggunakan situasional atau contingency approach, misalnya
memperhatikan antara lain hal-hal berikut: 1) Situasi pasar, seperti : unfair-competition (monopoli); 2)
Praktik bisnis, seperti Unfair business
practices (meniru, berbohong atau melebih-lebihkan dalam usaha promosi)
yang dapat menimbulkan gap (kesenjangan)
antara expected value (harapan) dan perceived value (prestasi yang
sesungguhnya) dari produk/jasa yang ditawarkan; dan 3) Communication Channels yang berkembang.
No comments:
Post a Comment